Tuesday, August 6

Joglo Dau, Batu, 05082013

 




1y7m

Have I ever mentioned that I love surprises so much?
This morning I got these from my boyfriend:



All day I hadn't opened the chocolate, a few minutes ago I have just opened it and realized this:


I think I don't wanna eat that :D

Hi babe, happy 19 months, come home soon ya.

Thursday, August 1

congratulation!

I was so excited this morning cause it has been published: PENGUMUMAN USM STAN TAHAP 1 (Tes Tulis).
Since I with my friend in Maharema arranged TRY OUT NASIONAL USM STAN on July 7th, I met so many high school fresh graduates. That made me feel their spirit and the athmosphere.
What makes me so proud is, 9 of 10 best participants of our TRY OUT passed USM STAN.
So, congratulation. Two steps more and be part of us!

Check the result (location test: Malang) here

Friday, July 26

Hujan

Orang goblok mana yang tak suka hujan? Katamu, setiap kali bertemu orang baru. Aku bahkan ingat benar kalimat-kalimat yang selalu kamu ucapkan. Ah, hari panas sekali, seharusnya hari ini hujan. Eh, kau membawa payung? Nanti pasti hujan. Biar petani girang. Dan lalu kalimat itu. Selalu. Kadang aku berfikir untuk memberitahu mereka bahwasanya hujan adalah kesialanmu. Hujan membunuhmu dalam kenangan. Hujan menggagalkanmu.

Kamu tidak sungguh-sungguh mencintai hujan. Sering kudengar kau umpat langit tatkala hujan datang. Pikirmu aku tak tahu?

Aku yang mencintai hujan. Aku yang menyukainya benar-benar untuk lukisan rintiknya dan suara merdu yang mengiringinya. Aku yang menyukainya untuk goresan mejikuhibiniu di air terjun yang tak jauh dari rumahmu. Aku yang tetap menyukainya walau dia harus membawa badai atau angin kencang bersamanya. Kadang.

Kau tak ingin tahu apa yang hujan perbuat untukku? Hujanlah yang menahanku bergerak pelan bersama dia yang dengan penuh senyum memegang tanganku erat dengan tangan kirinya, di antara deru dan asap jalan raya. Karena tak apa sungguh dua puluh menit lebihnya itu sungguh berarti.

Lalu apa yang hujan perbuat untukmu?

Setidaknya hari ini benar hujan dan kulihat kamu mengutuk langit.
Ah, kurasa tak perlu berusaha buatmu suka hujan. Lagi.

Friday, July 19

: If she starts crying, don't fucking move. Don't say a word. Don't even blink. It's a trap.

Yea maybe you think it was too.

Monday, June 24

Bad Guy (2001)


Pernah menonton film dengan cerita yang sangat miris tapi masih meneruskannya hingga film selesai? Kalau belum, film yang satu ini bisa dicoba. Berlatar kehidupan gangster di Korea Selatan, Han-Gi--salah satu bos geng--menghidupi diri dengan menjadi germo--jatuh cinta pada pandangan pertama pada Sun-Hwa. Dengan cara yang kurang etis Han-Gi mencoba mencuri perhatian Sun-Hwa, di hadapan banyak orang--termasuk pacar Sun-Hwa--Han-Gi mencium bibir Sun-Hwa dengan kasar.


Tidak selesai sampai disitu, Han-Gi dibantu 2 komplotannya terus menguntit Sun-Hwa, sampai di toko buku dimana gadis itu merobek salah satu halaman di sebuah buku--semacam kamasutra--karena tak sanggup membelinya. Salah satu anak buah Han-Gi menaruh dompet di dekat buku tersebut, membuat Sun-Hwa mengambilnya dan meraup uang di dalamnya. Sementara itu sang pemilik dompet mengejarnya dan meminta pertanggungjawaban terhadap 10ribu uang beserta cek yang ada di dalam dompetnya. Merasa dijebak, Sun-Hwa pasrah dan meminjam uang dengan jaminan bila dia tak sanggup membayar dalam waktu satu minggu maka dia harus mau menjadi pelacur hingga hutangnya terbayar lunas.

Spoiler Alert! 
Saat Sun-Hwa mencoba kabur dari rumah bordir--ditolong salah satu anak buah Han-Gi yang mengaku jatuh cinta padanya--Han-Gi menemukan dirinya dan membawanya ke pantai. Di sana dia melihat seorang gadis dari belakang, berdiri, mendekati pantai dan kemudian lenyap, bunuh diri dengan menenggelamkan dirinya. Dari bekas tempat gadis itu duduk, Sun-Hwa menemukan sobekan 2 foto sepasang kekasih yang kemudian dibawanya pulang ke rumah bordir dan disatukan kembali. Namun sayang, kedua foto sama-sama tak lengkap di bagian wajah keduanya. Di ending cerita, Sun-Hwa kembali ke pantai itu dan menemukan sisa sobekan foto dan ketika disatukan kembali, nampak bahwa pasangan di foto tersebut adalah dirinya dengan Han-Gi. Foto itu seakan menguak masa lalu yang tidak dijabarkan atau bisa juga merupakan isyarat akan masa depan Sun-Hwa.


Dibumbui dengan adegan seksual dan kekerasan, film yang jalan ceritanya sarat kebencian penonton ini benar-benar menampakkan ide cerita yang kuat dari sang penulis skenario merangkap sutradara, Kim Ki-duk. Banyak adegan yang membuat saya geregetan sendiri ketika menontonnya, kenapa tak ada keluarga Sun-Hwa yang mencarinya? Mengapa pacarnya juga kemudian hilang begitu saja? Mengapa Sun-Hwa begitu pasrah? Dan yang paling penting, bagaimana bisa Han-Gi mencintai seseorang dengan begitu kejamnya?

love at the first sight (?)
Tetapi dengan segala alasan untuk menyudahi menonton tersebut, saya masih terpaku menonton film ini. Film yang sangat berbeda dengan film percintaan lain yang pernah saya tonton sebelumnya. Tak heran jika IMDB menulis rating film ini 6.8/10.

Dalam dua minggu ini saya sudah menonton beberapa film lain yaitu Now You See Me, House at The End of The Street, Broken City, Man of Steel, Vehicle 19, dan Texas Chainsaw 3D. Now You See Me yang paling menginspirasi saya untuk menulis. Tapi saya urungkan setelah saya menonton film ini. Saya merasa geram ingin menulis tentang film ini.

By the way kamu juga bisa menonton film ini dan membuktikan kemirisannya disini:

 

Happy watching and enjoy the ending!
 

Friday, June 14

your back side



.
.
.

tak ada penjelasan lebih jauh. hanya saja melihatnya membuat saya hendak berlari sekencang-kencangnya.

dan dari belakang...
memeluk kamu seeratnya.

since when?

"Sejak kapan kamu lebih memilih diam?"



though all people close their eyes, God doesn't.
katamu lalu beranjak pergi.

padamnya api membara

kamu pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya bukan?

tidak diterima. berusaha masuk. menjadi orang lain.
atau setidaknya ingat-ingatlah sedikit. yang sedikit itu akan menyelamatkanmu.

kamu sendirian. kamu tidak memulai sesuatu. pun mengakhirinya.

semuanya dimulai ketika hari beranjak senja namun sudah terlalu gelap untuk menikmati oranyenya.
musim harusnya telah berganti seperti seharusnya. tapi tiap hari hujan deras.
sebentar. ingatanmu terhenti. jangan. tolong jangan ingat hanya indah. kamu semakin merasakan perih kan?

semuanya dimulai ketika hari beranjak senja namun sudah terlalu gelap untuk menikmati oranyenya.
ingat pertama kali kamu mendengarnya berbicara? satu kalimatpun kamu rasa sudah lebih dari cukup untuk mengetahui tujuannya berbicara denganmu.

kamu bercerita dengan begitu antusias pada beberapa onggok kumpulan kapuk berbentuk berwarna merah muda. kamu tahu ada beberapa hal yang kamu rasa tidak sepatutnya tapi kamu bilang tak apa.

lalu sekarang baru kamu permasalahkan benar-benar?

kamu tak lebih dari seorang bodoh yang haus kasih sayang saya bilang.

ada beberapa hal yang harus kamu relakan ketika kamu tengah berusaha menjadi seseorang yang lebih baik. semudah kamu membeli sesuatu. menukar beberapa receh limaratusan dengan segelas es teh manis.

kamu sungguh-sungguh tidak perlu berkecil hati. mereka bilang sekarang kita harus selalu membayar untuk mendapatkan sesuatu.

jangan memaksakan diri lagi. berhentilah berpura-pura. tinggalkan semua omong kosong demi-demi-dan demi lainnya itu.

sudah cukup.

beberapa detik menyempatkan diri menutup kedua mata perlahan dan melihat segalanya dari mata hatimu.

the right will come and stay.

berlaku untuk semua hal.
yang pernah membara di dalam hatimu tak akan apa-apa jika kamu rasakan lagi.

Monday, April 15

Being Someone's Inspiration or Creating Some Good Things?

You choose.

Membaca salah satu tweet pacar saya @saifurrijal yang berbunyi "Tau bisa jadi inspirasi buat seseorang itu rasanya gak bisa diungkapkan dengan kata-kata.", membuat saya berfikir panjang. Bagaimana rasanya menjadi sumber inspirasi bagi seseorang dalam membuat suatu karya, tulisan misalnya? Saya lalu mengingat-ingat, kapan seseorang pernah membuat sesuatu dan dengan terang-terangan memberitahu kalau hal tersebut-untuk saya atau-terinspirasi oleh saya. Saya lupa pernah atau saya lupa rasanya.

Saya pribadi suka menulis. Tentang banyak. Kebanyakan dari banyak tersebut saya tulis ketika sedang di bawah tekanan atau berada dalam suatu permasalahan. Kegalauan membelokkan saya untuk menulis. Menulis sesuatu yang nantinya akan saya baca lagi dan mengangguk senang karena saya tahu saya sempat meninggalkan jejak. Apapun itu. Tulisanmu cerminanmu. Saya seperti mengaca ketika membaca tulisan-tulisan saya kembali setelah beberapa lama. Kadang begitu rumit atau penuh kode. Pun pernah saya menggeleng ketika membaca satu tulisan di blog karena saya bahkan tidak ingat apa maksud saya menulisnya.

Ketika saya mengetahui telah menghasilkan seratus lebih tulisan hanya di blog ini saja-saya tersadar, saya butuh inspirasi setiap menulis. Bisa kejadian yang saya alami-dengan orang-orang di sekitar saya. Orang terdekat kemudian memiliki peran vital dalam menginspirasi saya.

Gampangnya, saya kemudian ingin seseorang ini menulis juga tentang saya. Saya ingin membaca karyanya, tersenyum lalu karena saya sadar, tulisan ini memang tentang saya.

Tapi tidak semua orang menulis. Tidak semua orang memiliki keahlian dalam merangkai kata-kata.

Beberapa pasang orang-pasangan kekasih, pasangan teman-dikaruniai bakat 'saling menginspirasi' dan beberapa lainnya berhenti dalam 'satu menginspirasi dan satu lainnya membuat karya'. Ini menurut saya.

I choose creating some good things, then.

Saya rasa menjadi inspirasi bagi seseorang bukan hal yang terjadi karena kita sendiri menginginkannya. Kita-bahkan mungkin-tanpa perlu melakukan hal apapun bisa menjadi inspirasi. Hal yang terjadi secara alamiah.

Sebaliknya, membuat suatu karya karena terinspirasi oleh seseorang lebih kepada kesengajaan. Kemauan dan kemampuan kita dalam berkarya yang menentukan. Misalnya, saya terinspirasi suatu kejadian atau ucapan seseorang, kemudian saya menulis. Dengan kemampuan saya membuatnya sedemikian rupa dan dengan kemauan saya yang cukup tinggi, beberapa orang yang membaca hasil karya saya tersebut memberikan pujian-sesuatu yang sangat berharga bagi saya-membuat saya semakin bersemangat menulis.

So, thank to my inspiration. You did nothing but happiness indeed. Keep in good track, then.
But, yes it would be a pleasure if (someday) you created some-about me-things.

Friday, April 12

Earth is a Memory Worth Fighting For

Jack Harper is Oblivion.


Satu lagi film sci-fi besutan Joseph Kosinski yang paling ditunggu-tunggu, Oblivion. Berlatarkan bumi pada tahun 2070-an dimana sebelumnya Bulan-satelit bumi telah diambil alih oleh Scavs-makhluk dari luar bumi. Tak lama setelah Bulan diambil alih bumi kehilangan pelindung. Gempa dan tsunami menghancurkan hampir seluruh bagian bumi. Di sini Jack Harper yang diperankan aktor gaek Tom Cruise bersama rekannya Vika (Andrea Riseborough) bertugas untuk menjaga para robot melindungi pengambilan air untuk kemudian dibawa ke Titan, satelit Saturnus, dimana manusia yang tersisa akan dibawa kesana. Jack sebelumnya telah dihapus ingatannya dan yang dia tahu bahwa peperangan antara bumi dan Scavs dimenangkan oleh manusia, walau akhirnya manusia harus kehilangan bumi.

Dua minggu sebelum tugas Jack dan Vika di bumi berakhir, Jack dipertemukan dengan Julia-yang diperankan oleh Olga Kurylenko-gadis Bond dalam Quantum of Solace. Julia ini yang sering muncul di mimpi-mimpi Jack, membuat lelaki ini yakin Julia adalah ingatan manis yang tersisa. Pertemuan mereka yang ternyata memang telah direncanakan Julia berakhir dengan Jack membawa pulang gadis itu ke tempat tinggalnya-gedung megah ribuan kaki di atas permukaan air laut. Vika nampak begitu cemburu dan menaruh curiga pada Julia.

Spoiler alert!
Kemudian yang sedikit mengagetkan, Julia membawa Jack pada satu kebingungan, sesuatu yang tak bisa dipercayainya. Malcolm Beech (Morgan Freeman) memperlihatkan topeng dan alat yang ternyata digunakan manusia-yang bertahan hidup pasca peperangan-menjadi Scavs. Manusia-manusia inilah yang selama ini dia pikir sebagai alien yang jahat. Tet-pimpinan misi-adalah Scav yang sebenarnya.

Jack kemudian dihadapkan dua pilihan yang sulit: Julia atau Vika-sekumpulan manusia yang tak dikenalnya atau Tet dan berbagai fakta yang dia ingat.


Secara keseluruhan, film dengan genre ini tidak hanya apik pada gambar dan efek, namun juga pada alur cerita yang menegangkan dan tak terduga. To me it's 8/10.

By the way these are the pictures of Vika and Julia:
Vika-operator pemantau Jack
beautiful Vika
Julia-berusaha meyakinkan Jack bahwa dia adalah istrinya
Julia-another side

Sepertinya memang pilihan yang sangat sulit untuk Jack.
But today is still Another Day in Paradise!

Wednesday, April 10

fenomena galau di twitter

akhir-akhir ini entah kenapa menemukan beberapa cewek yang sering galau di timeline twitter. setelah mencerna tweet-nya terus tanpa sadar open timeline cowoknya. dan karena efek nganggur mungkin ya. jadi keterusan. jadi misalnya hari ini si S galau di twitter, besoknya nggak sadar saya check lagi timeline-nya. kalau masih galau, dalam hati saya bilang, "Wow..." dengan nada meninggi. nah, lain kalau setelah beberapa hari galau terus si cewek mulai romantis-romantisan lagi sama cowoknya. dalam hati saya bilang, "Oh..." dengan nada datar.

sejenak kemudian saya nyadar, sejak kapan saya jadi lebih tertarik dengan konflik, ya?

setelah saya pikir-pikir, yang romantis-romantisan di twitter udah mainstream banget. seharusnya sih memang orang memiliki kecenderungan lebih suka memamerkan kebahagiaan. tapi seiring dengan berkembangpesatnya teknologi dan berbagai alat pendukungnya, kegalauan seseorang pun bisa dinikmati orang lain. I mean dinikmati, diketahui lah.

di sini muncul permasalahan. nggak semua orang suka sama apa yang kita bagi. nggak semua orang suka sama kita.

menurut saya, jangan dipikir orang bakal kasihan lihat kamu nge-tweet galau. pikirlah, orang (yang nggak suka sama kamu) bakal menari bahagia membaca apa yang kamu publish di twitter itu.

bahkan yang lebih ekstrim. orang yang biasa-biasa (I mean orang yang nggak membencimu) saja bisa lebih tertarik dengan kegalauanmu daripada romantis-romantisan yang kamu share. saya mengibaratkan seperti saya sedang menonton film. filmnya nggak akan jadi menarik tanpa konflik. nggak ada satupun film atau sinetron yang isinya bahagia terus. nah, di sini maksud saya, bisa jadi orang akan lebih tertarik, bisa semakin ingin tahu, bisa mengikuti, dengan apa yang kamu galaukan tersebut.

kemudian tiba-tiba saja saya kangen dengan masa-masa sebelum adanya jejaring sosial. sebelum ada facebook dan twitter. sekiranya kita nggak perlu mengetahui hal-hal yang kita memang nggak perlu mengetahuinya. kalau memang nggak "bisa" tahu bagaimanapun caranya, kita nggak akan tahu.

hari ini sudah berapa tweet yang kamu baca di timeline-mu? dan berapa kali pula kamu mengumpat karenanya?

Wednesday, April 3

hello twin!





spending so much time together does make us (looks) like twin, ya?

di titik nadir

Aku teringat malam panjang itu ketika kamu dengan gaya khasmu itu bertanya kepadaku, "Kamu pernah merasa jatuh yang tak pernah sampai ke dasar?" Aku meresapi kalimatmu dan mencoba membayangkan. Seketika itu yang terbenak adalah minggu lalu ketika Dena keponakan kecilku merengek memintaku mengajaknya ke Dufan. Esoknya dia bilang dia menyesal karena muntah beberapa detik setelah kami naik wahana hysteria.
Aku masih mengingatnya sementara kamu bicara lagi, "Aku rasa aku sedang merasakannya."
Aku merasakan suaramu sedikit bergetar dan tanpa sadar tanganku membelai lembut rambutmu, pelan. Kamu kemudian memelukku dan aku membalasnya. Hening. Kemudian kurasakan kemeja yang kukenakan basah di bagian pundak. Kamu menangis tanpa suara. Kupererat pelukanku dan kurasakan tanganmu mencengkeram semakin kuat.
"Kemarin aku sempat berfikir untuk menerima lamaran Bayu saja." Kamu melepas pelukanku dan mengusap air mata di pipimu. Merah.
"Aku rasa hanya itu jalan satu-satunya. Kamu tahu?" katamu kemudian.
"Tidak. Lebih tepatnya aku tidak mau tahu."
"Kamu bahkan nggak berniat menikahiku!" katamu sedikit berteriak. Kamu mulai tak terkontrol. Aku harus sabar.
"Kamu nggak akan bisa menyelamatkan aku dari semua yang memuakkan ini. For sure, all you can do is nothing." Kamu tahu keheninganku selalu membuatmu semakin meracau. Aku mencoba mengatur emosiku sementara kemarahanmu memuncak. "Aku tak tahan lagi," katamu lalu berdiri, kamu hendak pergi.
"Sebaiknya kamu nggak usah berurusan denganku lagi. I am just a big trouble," kakimu melangkah.
Aku berdiri dan meraih tangan kirimu, mencegahmu. "Aku nggak pernah mengeluhkan apapun tentang kamu. Aku hanya ingin kamu tahu, seseorang ini ada dan mau melakukan apa saja denganmu. Nggak hanya saat kamu senang, nggak hanya ingin bersenang-senang. Mau semenderita apapun, seberat apapun, segila apapun itu, seseorang ini hanya ingin selalu bersama kamu."
Kamu meneteskan air mata lagi. Senyummu yang sangat manis terlihat di antaranya.

Saturday, March 30

one comment!

dari postingan saya yang berjudul: dari laporan survey menyebalkan nasional, teman saya, Ave Baskoro, meninggalkan 1 comment.


sepertinya memang pandangan orang berbeda-beda.

Tuesday, February 19

but love kills a fear

but you have no idea how much I care to you...

Saat kamu berteriak kencang karena tertarik pada sesuatu, aku sadar aku menyukaimu. Harimu sedang begitu menyedihkan dan kamu mulai menangis tersedu-sedu, saat itu aku tahu aku ingin memelukmu. Saat kamu bersama Josh lagi dan lagi, aku sadar yang kurasakan bukan sekedar suka lagi, tapi cinta.

* * *

Aku rasa aku akan mempertaruhkan segala resiko yang ada dan tak akan pernah menyesalinya. 

* * *

"Josh, sudahlah, relakan dia. Aku tahu seberapa banyak kau biarkan dia menangis karenamu." aku mengaduk hot latte-ku perlahan sambil berbicara. Josh belum memesan apapun. Matanya merah. Mungkinkah dia menangis?
"Kau gila. Aku mencintainya." Josh mulai merajuk. Tidak, Kara bilang Josh begitu jahat.
Hening beberapa saat, aku masih mencoba menemukan kalimat yang tepat. "Ikhlaskan dia bersamaku. Sekarang dia mencintaiku."
"Kau bohong. Kau kan sahabatnya! Kalian bersekongkol dengan mengarang semua ini, kan?"
Aku diam. Josh sepertinya mulai ngelantur.
"Kara sangat mencintaiku. Kami dua tahun lebih bersama. Tidak semudah itu. Lagipula, denganmu? Aku rasa kau bukan tipe Kara."
"Kalau kau begitu pintar, mengapa kau putuskan dia?"
"Aku tak pernah putus dengannya!"
"Aku akan menjaganya. Percaya saja padaku." kutinggalkan Josh beserta latte yang masih separuh namun telah begitu dingin. Tanpa menoleh ke belakang sedikitpun.

* * *

Kusebut kebahagiaan tatkala mengetahui kau senang dan akulah alasan di balik semua itu.

* * *

Siang menjelang sore. Di rumah begitu riuh oleh suara para aunty bergosip serta teriakan balita-balita. Besok semua sanak saudara akan berkumpul di rumah Kara. Esok akan menjadi hari bahagia bagi kami. Aku sudah memulai rinduku pada Kara dan kuambil ponselku hendak meneleponnya. Tapi one message received: Kara. "Temui aku sekarang di tempat biasa."

...and how much I am hurt because of you.

Wednesday, February 13

...a fear of judgement

esok Nanta akan menikahiku.

Malam ini ruangan tamu dihiasi bunga-bunga serba putih, dengan meja panjang di tengahnya. Para kerabat sibuk berlalu lalang sementara aku tidak melakukan apa-apa. Beberapa anak berlarian sambil tertawa melengking. Baby pasangan Nada dan Galih menangis kencang. Aku hendak menghampirinya.

Tapi tangisannya tiba-tiba mengingatkanku pada sesuatu. Sekejab kemudian aku sudah mengirimkan pesan singkat pada Nanta: temui aku sekarang di tempat biasa.

* * *

"Ada apa?"
"Karena besok kita akan menikah, sebaiknya aku mengatakan sesuatu."
Nafasku tersenggal tapi aku berusaha tenang. Nanta melihat aku malah seperti kedinginan sehingga dia mengenakan baju hangatnya kepadaku.
"Kamu cantik." sahutnya begitu kami bertatapan. Nanta begitu sering memujiku. Ah, Nanta. Nanta.
"Nan... Aku pernah hamil dengan Josh."
Nanta nampak sangat terkejut. Aku membuang muka, melihat di hadapanku hamparan pantai di gelapnya malam. Beberapa perahu nelayan menjauhi pantai. Apa yang kulakukan?
Beberapa detik setelahnya hanya terdengar suara ombak memecah keheningan. Aku menoleh. Nanta masih terdiam dengan raut muka teduhnya. Air mukanya seperti menulis sesuatu. Yang ini aku tak bisa membaca. Mungkin huruf A, atau O? Ah, mengapa kau tak bicara saja?
"Ah, itu artinya kamu bohong juga ketika mengatakan kepadaku bahwa dia sudah tak mencintaimu lagi? Aku tahu benar lelaki brengsek itu masih mengharapkanmu. Bahkan setelah dua tahun."
"Tidak Nan, dia bilang dia telah benar-benar melupakanku ketika dia mulai mengencani Tasha."
"Kamu bodoh. Aku fikir kamu sudah mengetahui aku dengan benar. Aku bukan kamu yang lebih suka tidak mengetahui apa-apa." Nanta berbicara panjang lebar, tapi nadanya masih datar. Aku sadar Nanta sangat ahli dalam mengatur egonya.
"Nan aku sungguh-sungguh minta maaf..." air mataku mulai menetes dan aku mulai sesenggukan.
Nanta tak bergerak. Sebenarnya dia sangat tidak kuat melihatku menangis. Tapi kali ini dia tak memelukku.
"Apa kita akan batal menikah?" aku memegang tangan Nanta, menariknya untuk memelukku. Nanta tak menolak.

Suara ombak menghujam karang malam itu terdengar sangat pilu.

Tuesday, February 5

lie is just a fear

a girl like you will always be such a tragic part of me. 

Setelah dua tahun lebih berpisah aku rasa aku tak sebodoh lelaki-lelaki lain. Menemukan kekasih baru. Mungkin dua-tiga kali menidurinya. Menindihnya sementara di benaknya bukan gadis itu melainkan seseorang yang lain. Seseorang yang menyeruak dari setiap hela dua-tiga tahunmu hidup dan mengenalkanmu pada satu candu dunia sekaligus perih.

Tapi hari ini ponselku menderingkan lagu kita. Lagu yang masih menjadi most played di playlist-ku walaupun aku ingat tepat dua tahun lalu itu terakhir kali aku memutarnya.
"Bi..." suara yang sama menyambut tepat ketika aku mengangkat telepon.
Aku masih diam dan aku rasa aku masih membingungkan akan kubalas apa panggilan yang dua tahun lalu itu terdengar sangat membahagiakan bagiku, sementara terdengar suara lagi.
"Aku ketemu dia, dia yang kamu bilang mirip aku."
"Oh ya? Kamu mengenalinya?" suaraku terdengar berat.
"Iya, Bi. Dia menghampiri mejaku, menyapaku, dan tersenyum sangat manis."
Aku lagi-lagi terdiam.
"Bahkan Nanta bilang dia sungguh mirip aku, matanya, hidungnya, bentuk mukanya..." kamu pun menyebut nama suamimu di selanya.
"Hahahaha. Aku khawatir Nanta menghampiri meja yang salah karena awalnya aku sendirian." aku rasa aku sedang menikmati setiap getaran suaramu dari speaker ponselku sementara kamu mulai merasa tak didengar.
"Kamu dengar aku, Bi? Aku ingin menanyakan, apa benar kata orang karena dia mirip aku lalu kamu jatuh cinta padanya?"
"Kalau aku mencintainya, kami tidak akan berpisah." jawabku singkat. Kamu tentu mengetahui benar aku tak sepertimu yang pandai mengungkapkan sesuatu. Kemudian aku teringat sesuatu dan bicara lagi, "Oh ya, pesan singkat minggu lalu dan aku meracau itu, kau ingat? Aku sedang mabuk. Kalau Hannah dan Bram tahu hal itu, mereka akan mengacaukan semuanya. Mereka ingin aku benar-benar melupakanmu. Kau ingat setahun yang lalu ketika aku memulai hubungan baru dengan Tasha? Aku membohongimu dengan mengatakan aku telah benar-benar kehilangan perasaanku."
Call disconnected. Entah kamu mendengarnya atau tidak.

~ a girl like you will always be such a tragic part of me. titik dua tutup kurung.

Friday, January 11

enam januari lagi

 enam januarimu

 enam januariku

enam januari kita.

After 5ive Lounge "Savana" Hotel, 6 Januari 2013, Happy 1st Anniversary!

Thursday, January 10

dari laporan survey menyebalkan nasional

setelah membaca post ini Laporan Survey Menyebalkan Nasional, saya jadi mikir-mikir sendiri.
di salah satu jawaban open-ended perilaku menyebalkan di mal adalaaaah *jreeeeeng

Cewek yang tasnya dibawain sama cowoknya atau friendzone-an-nya (Lah, elu kan gak dirugikan?)

 

yang ini nih saya benar-benar nggak ngerti. saya sempat membaca tweet dari seseorang juga yang saya lupa siapa, intinya cewek yang tasnya dibawain sama cowoknya itu nggak banget. saya sendiri sih sering juga lihat yang seperti itu dan nggak pernah merasa itu menyebalkan sih. nggak karena kebetulan juga pacar saya sering bawain tas saya. hoho

setelah membaca tweet tersebut, saya sempet ngerengek-rengek pada pacar untuk tetap membawa tas saya sendiri ketika keberatan. ya kan saya merasa harus menjaga perasaan orang lain. lucu juga sih emang melihat pacar bawa-bawa tas saya. tapi waktu itu emang tasnya berisi laptop, jaket, yang pastinya bikin tas saya berat banget. sebentar bawa tas sendiri, jalan keliling mal, akhirnya saya menyerah juga dan menyerahkan tas saya kepada pacar -_-

nah, setelah membaca postingan ini saya jadi mikir-mikir lagi. masa segitu menyebalkannya sih ya? dan sampe detik ini saya masih belum menemukan alasan kenapa hal tersebut disebut menyebalkan.

Wednesday, January 9

chronophobia

"Aku suka sekali senja." kamu membuka pembicaraan. "Tanpa awan yang ingin jatuh oleh gravitasi bumi."
Aku melirikmu sekilas, kamu hendak membalas tatapanku tapi aku cepat-cepat memalingkan muka.
"Aku lebih suka pagi. Bukan senja yang mengingatkan kita untuk segera pulang karena hari akan segera beranjak malam."
"Kita tak perlu pulang, kamu tahu? Aku akan membawamu kemanapun kamu ingin pergi."
"Malam ini? Aku sedang tak ingin. Hmm. Setidaknya tak seingin malam kemarin."
"Ayolah. Aku ganti hutangku kepadamu semalam." beberapa detik aku terdiam sementara pikiranku berubah sepersekian detik lebih cepat. Aku ingin.
"Oke. Kamu bisa membawaku ke ....."
Aku ingin melanjutkan tapi kemudian dering handphone-mu menghentikanku. Kemudian perasaanku tak enak.
Kamu berbicara, tanpa berpindah tempat. Seharusnya aku bisa memasukkan apa yang aku dengar itu ke dalam otakku dan dengan cepat memahaminya. Tapi gagal. Rasanya tak terdengar apa-apa.
"Sayang, maaf, aku harus..." kamu berbicara panjang lebar sementara aku terdiam. Tanpa sadar aku sudah mengangguk tepat di saat kamu selesai berbicara. Kemudian kamu beranjak, membuka dompet dan mengeluarkan selembar uang seratus ribu, kemudian dengan cepat kamu hilang dari penglihatanku.

* * *

Aku tak terlalu cerdas untuk berkeinginan pergi dari tempat itu juga seperti apa yang telah kamu lakukan. Sudah tiga jam sementara pelayan-pelayan cafe mulai berbisik-bisik sambil melihat ke arahku.
Handphone menjerit-jerit entah sudah yang keberapa. Bergantian dari line satu ke lainnya. Menelefon tanpa jeda ke semua ponselku ratusan kali? Itu keahlianmu.

* * *

Itu tepat pukul delapan malam ketika kamu datang lagi. Duduk di tempat yang sama. Air muka yang sudah sebulan lebih tak kulihat. Pedih.
Kurasa kamu sudah mengucapkan sekiranya sepuluh kalimat tanpa satupun berbalas. Aku mulai mengangkat muka dan berbicara, "Kamu tahu, sebenarnya bukan Galang yang merenggut keperawananku. Jauh sebelum mengenalmu aku telah terjatuh begitu dalamnya kepada seseorang. Dia bilang dia akan memutuskan hubungannya dengan kekasihnya kalau aku mau tidur dengannya. Tapi mereka tak pernah berpisah. Sampai aku mengetahui darimu, tepat kemarin, mereka telah berpisah."
Raut mukamu nampak marah dan mulai bicara lagi, "Jangan bilang. Tolong jangan bilang lelaki itu adikku."
"Iya, adikmu. Karena aku telah membohongimu setahun ini, sebaiknya kita berpisah saja."

Aku rasa hari itu senja lebih indah dibanding pagi dan malammu.