Thursday, June 19

kini

.
.
.
fajar tak pernah tak sesegar ini. bak terbangun di suatu ruangan sempit yang tak kau kenali. satu dua tiga empat dan lima detik kemudian barulah tersadar bahwa bau-bau yang sama yang tercium. bertahun lamanya. papan kayu dengan gagang pintu tertutup rapat. dingin.
.
mimpi semalam indah. hamparan pasir berwarna putih. lautan biru dengan suara ombak yang lembut. seorang gadis dengan celana pendek berlari di tepian pantai itu. sejenak kemudian lelaki berkaus biru mengejarnya dan memegang tangannya lembut. kemudian mereka tertawa bersama.
.
pukul dua belasmu diawali dengan kefakiran semangat. mungkin benar yang mereka bilang bahwasanya pagimu menentukan satu harimu. yang terasa hanya putaran cacing-cacing pita dalam perutmu. menggerogoti. menjadikan tubuh inang. parasit kau bilang. lalu terjadi transfer gigitan-gigitan itu ke seluruh tubuh. lunglai. sekejab menit kemudian apa yang barusan keluar dari mulut barusan tengah sukses membuat air mata berurai.
.
bagus karena cubitan-cubitan kecil itu sudah tak terasa lagi.
.
senja. bagian dari satu hari yang paling kau gemari. duduk di tempat yang sama tanpa melakukan apa-apa. mungkin tangan ini juga berontak karena merasa tak teracuh. tak terindahkan. surat dengan amplop berwarna hitam yang tak wajar terbuka lagi. goresan-goresannya bertinta merah: "larilah sekencangmu dan butalah selamanya atau mati suri dahulu untuk hari esokmu berwarna."
.
kamu tak pernah benar-benar bisa memilih. persimpangan di depan mata.
.
malam pun tak pernah semuram ini. mungkin di sana kau lihat langit dan bintang balas tersenyum. tapi disini gelap. jangankan senyuman. kilau sinarnya bahkan tak terlihat. tik tok tik tok tik tok. sangkala berlari. kamu bergeming. sejenak. kemudian melangkah ke belakang. dua-empat-dan tak terhitung. semakin lama semakin cepat. durjamu berganti guratan senyum. beranjak gelak tawa. kemudian kau tersadar telah terjebak dalam sangkala masa itu yang dalam memorimu tanpa cacat.
.
bahkan kau benar lupa bahwa sangkala waktu tak menjebakmu. namun apa yang kau perbuat. berulang. berkali. menjadi leluri yang terpatri. mungkin kau sudah jadi orang besar sekarang. dan lalu kau hempas bena kecil yang banyak dan telah membesarkanmu.
.
dini hari. kau basuh wajahmu kau seka air dari matamu yang membengkak. membentangkan sajadah dan mulai bersujud. seperempat jam mengadu kepada Dia. Dia yang kau yakin tak pernah keji. kepadaNya yang tak pernah letih dimohon. pun searkais ini kau pernah lupa. terlena akan apa yang tak kekal.
.
sementara ini belum kau ketahui tendesi atas lara ini.
semoga esok kau temukan bestari.
.
.
.
bukan berlari dari kenyataan atau menutup mata.
tapi beri ampunan nyata. ayal. pelan. tak apa katanya.

Wednesday, June 11

he said

"Mungkin seribu kata maafku ga akan bisa mengungkapkan penyesalanku. Aku ga bisa mengulang waktu supaya kamu ga perlu merasakan apa yang kamu rasakan sekarang. Aku cuma bisa melakukan hal kecil ini, supaya kamu tahu betapa berharganya kamu buat aku. - your #1 fans. ever."