Tuesday, February 14

yang tak terucap dalam diam: ini untukmu, Jal.

halo, Rijal.
ini beberapa kalimat dari pikiran-pikiran saya ketika mata kita saling berpandangan dalam kebisuan sembari saya dan kamu menghela nafas pelan dan panjang. saya menyebutnya biasa. karena memang tidak istimewa. tapi -kamu tahu kenapa- dari mulut saya bahkan tak keluar sepatah katapun.

"mata kamu teduh." bagaimana rasanya? pikirkanlah, beberapa mungkin memikirkan bagaimana mereka begitu tenang hanya dengan menatapnya. saya juga. bukan segan juga. hanya. rasanya. tenang.

"pantaskah aku buat kamu?" bagaimana rasanya? jatuh mungkin pada seseorang yang tidak kamu kehendaki. pendustaan. penyangkalan. dan pengingkaran. pikirkanlah, beberapa mungkin sangat mencemburui saya sebagai saya -pacar kamu-.

"hei, kemarin rasanya masih menjadi sahabatmu dan itu cukup, sekarang rasanya lebih-lebih-lebih dari cukup." bagaimana rasanya? kini bisa memelukmu tanpa segan. lagi. pikirkanlah, beberapa mungkin masih terjebak dalam lubang -mencintai sahabatnya- dan bertepuk sebelah tangan.

"kenapa waktunya selalu berlari?" bagaimana rasanya? berbincang tentang segala hal. semuanya. tanpa bosan. pikirkanlah, beberapa mungkin tak bisa hanya untuk bertegur sapa dalam ruang rindu yang kasat mata namun terjamah.

"kamu ganteng lhoh!" bagaimana rasanya? saat saya selalu bilang kamu jelek. tapi -kamu pun tahu- saya selalu kangen kamu. saya gelisah. saya melihat beberapa- banyak- foto. kamu. dan tetap gelisah sebelum melihatmu.

"jangan. jangan bilang kamu akan pulang." bagaimana rasanya? tidak. saya tahu. kamu juga tidak ingin.

"HAHAHA. iya. aku juga cinta kamu." (senyum). bagaimana rasanya? saya tak ingin bilang. saya ingin kamu juga merasakan apa yang saya rasakan. perasaan yang tak perlu diungkapkan. jelas itu nampak.

"hmm. apa benar kamu nggak mikirin masa depanmu sama aku?" bagaimana rasanya? bukan. saya nggak memaksa. saya hanya tak bisa berhenti. tak bisa diam. tak bisa tak mengungkapkan apa yang terlintas, lewat, masuk, berbicara, lari, lompat dan meninggalkan. tapi. kamu pun tahu. kamu selalu berhasil. menenangkan saya.

"gimana kalau kita gagal?" bagaimana rasanya? ketika mulut saya menyeletuk tentang hal kecil yang buruk. kamu diam. sesaat. lama mungkin. karena saya menghitung setiap detik kamu terdiam. berfikir? mungkin. kemudian kamu bilang mungkin stranger- saya diam. tidak. kita tidak akan gagal.

"aku juga bisa cemburu, kok :)" bagaimana rasanya? berusaha setengah mati membuat saya cemburu. lalu merasa gagal. padahal saya merasa- sangat-sangat-sangat tidak nyaman. eh. ngomong-ngomong. pikiran sesaat saya selalu berapi-api -kamu tahu- tapi kemudian saya lupa. begitu mudahnya. saja.

"aku sangat beruntung."

"aku nggak pernah menemukan se-luar-biasa- kamu."

"aku nggak ingin kehilangan kamu."

"aku nggak ingin kehilangan kamu."

dan

"aku nggak ingin kehilangan kamu."

1 comment:

  1. Waktu itu kamu pernah bilang "aku lo g ngerti apa yang kamu omongin dlm pikiranmu.."
    Bagi seorang yang selalu dg gampangnya melontarkan apa yang terlintas,bahkan yang hanya sekejap, di pikiranmu. Mungkin aku yang harusnya ngucapin kata2mu itu. Aku gak nyangka ada sesuatu yang g bisa kamu ucapkan di depanku. :P

    Tapi, bagaimanapun juga kita lah yang paling tahu, dari berbagai perbedaan yang kita miliki, kesamaan yang kita punya malah bertemu pada hal2 yang tak terungkapkan.

    ReplyDelete