Saturday, March 3

tempat di hati (?)

"...aku mikirnya hati itu ibarat rumah, ada kamar-kamarnya. soalnya segala macam yang beruhubungan dengan emosi punya tempat di hati. bahkan musuh pun ada tempatnya sebagai orang yang kita benci. yang aku maksud tempat tertentu itu ya semacam itu lah. aku nempatinnya sebagai orang yang kalo bisa ga ada urusan lagi sama dia."

kalau saya merasa lebih kepada berbicara langsung, mungkin kamu tidak.
ketika kamu merasa kepalamu sakit melihat dari spion motormu saya menatap kosong ke tengah jalan, kepala saya juga sakit.
kalimat-kalimat yang saya baca dari pesan singkat yang kamu kirimkan. saya tidak perlu menghitung berapa menit kamu terdiam sementara kamu nampak bingung dan saya menanti dengan raut masam.

seberapa besar beda sudut presepsi bukan sesuatu yang menakutkan. saya rasa.
sementara kamu terdiam saya makin tersulut. ya. memang benar lebih baik membaca pesanmu. mungkin.

butuh waktu lama untuk terbangun dari tidur musim dingin.
kemudian tersadar kamu memasuki musim baru yang bahkan belum sampai di pikiranmu.

saya pikir kamu juga melalui fase ini. hanya mencicipi buah yang nampak ranum karena semua temanmu membawanya dan menikmatinya di depan matamu. barangkali kamu juga terseret arusnya. mengejar itu yang kamu pikir semua yang kamu inginkan. tapi dalam beberapa detik kamu menginginkan yang lain. terakhir gagal, kamu telah lupa dan kemudian berpikir seolah tak terjadi apa-apa.

tapi saya salah. salah besar.
kamu tidak punya pilihan. dan saya pikir kamu sudah pernah merasakan apa yang kamu rasakan sekarang. dulu. emosi yang sama. menggebu dan berkelanjutan.

kamu terbakar cemburu. meracau kata-kata yang berbalik menyerang dirimu sendiri.
saya bilang mereka itu cerminan perasaanmu. jangan mengelak. atau saya cela.
yang keluar dari mulutmu itu masih sanggup membuat saya terdiam kaku. -dan terpaku.

buat saya mereka itu kembali menjadi apa yang sebelumnya mereka perankan. tidak pernah lebih dari itu.
saya berbicara dengan gurau dan prosentase yang sama. persis.
yasudah saya faham.
melibatkan perasaan punya probabilitas yang cukup besar ketika kamu melihatnya bak menatap spion motormu lekat-lekat hingga terancam celaka.
yang kamu lihat bukan mereka yang sekarang. tapi cerminannya. sesuatu yang sudah pernah kamu lalui. boleh saya sebut itu kenangan.

dan kemudian kamu tersadar telah begitu banyak yang kamu katakan. dan saya mencatatnya dengan tinta tebal dalam buku catatan saya sendiri.

No comments:

Post a Comment