Friday, January 14

jakarta - seorang ibu dan anak balitanya

Rabu kemarin, tanggal 12 Januari 2011 tepatnya, saya diajak Billy, teman sekelas saya waktu tingkat 1 makan-makan di D'Cost Bintaro. Katanya sih dalam rangka traktiran dia dan temannya, Uban. Saya sih, ok-ok saja, apa sih yang nggak buat makan gratis.

Jam setengah 8-an kalau tidak salah kami berangkat. Selain Billy dan Uban, ada teman-teman mereka anak Permata (Persatuan Mahasiswa Jakarta), Faisal, Andri, Beto, Rizki, Maul, Kiting, Laras, Cipe, Danang, dan Pintha. Sesampainya disana kami parkir sepeda motor, lalu bergegas masuk D'Cost. Nah, dari sini ada kejadian menarik.

Kebetulan saya masuk D'Cost paling terakhir, di depan saya ada Beto. Waktu masuk saya sempat melihat ada anak laki-laki kecil mainan pintu, pintu D'Cost ini sistemnya seperti di Alfamart atau Indomaret. Sebut saja namanya BalitaCaperSokSokanMembawaPetaka Dedek. Dedek ini sok-sokan bukain pintu untuk kami. Karena kebetulan saya yang terakhir masuk, saya lihat Dedek mencoba menutup pintu. Nah, saat itu saya melihat tangan Dedek pada posisi kalau dia menutup pintu maka dia tangannya itu akan terjepit pintu. Apa ya istilahnya? Bayangkan sendiri.

Saya kira itu balita jakarta pinteran dikit lah ya, tapi ternyata ketika saya sudah berlalu, saya sempat menoleh, benar, tangan Dedek terjepit pintu. Seketika itu juga dia menangis kencang sekali. Wanita paruh baya berlari tergopoh-gopoh menghampirinya. Saya sempat mendengar wanita itu berkata, "Gimana sih Papa anaknya nggak dijagain."

Saya santai aja dan menuju meja yang sudah direservasi sebelumnya. Beberapa menit kemudian, wanita itu menghampiri saya.

Wanita : Eh, elo yang tadi bikin anak gue nangis ya?!
Saya : Nggak, Bu. Dia kecepit sendiri tadi...
Beto (membela) : Nggak, orang dia kejepit sendiri..
Wanita : Langsung minta maaf dong! Pernah diajarin sopan santun kan?! Dasar! *berlalu*
Saya : *speechless*

Saya mendadak bad mood. Rasanya disalahkan atas apa yang tidak diperbuat itu menyakitkan sekali. Baru pertama kali juga saya didamprat seperti itu. Teman-teman lain bertanya-tanya, dan sepertinya ikut emosi ada yang tiba-tiba menyalahkan saya. Rasanya udah mau nangis. Tapi lalu Billy cs menghibur saya. Thanks, Bil.

Pelajaran yang saya dapat:
#1 Jangan biarkan ada anak kecil terjepit pintu, cegahlah walaupun bisa saja Ibunya menganggapmu mau menculik anaknya
#2 Jangan anggap semua balita Jakarta pintar
#3 Jangan makan di D'Cost

Anyway, thanks buat Ibu-ibu parno, lebay, dan subjektif itu. Sekarang dan tidak tau sampai kapan, kalau melihat anak kecil saya jadi parno sendiri. *sigh*

Friday, January 7

saya dan provider **

Sudah beberapa hari ini pulsa ** saya tiba-tiba berkurang tanpa sebab. Kenapa saya bilang berkurang tanpa sebab? Karena semestinya yang saya tahu, pulsa saya akan berkurang Rp. 600,- setiap harinya untuk mengirim sms, Rp. 150,- untuk mengirim 1 sms (lalu gratis 1000 sms) mulai jam 00.00-17.00, Rp. 450,- untuk mengirim 3 sms (lalu gratis 200 sms) mulai jam 17.00-23.59.


Mulai kemarin, pulsa ** saya habis dan saya lalu mengirim sms lewat nomor ****, handphone CDMA saya. Saya tidak memperhitungkan tarifnya karena nomor CDMA saya tersebut hanya saya pakai untuk menelepon karena gratis. Tapi setelah saya pakai untuk mengirim beberapa sms ternyata tarifnya cukup murah.

Lalu pagi tadi saya membeli pulsa untuk nomor ** saya. Setelah mengirim lebih dari 14 sms (yang artinya pulsa berkurang kira-kira Rp. 2.100,- ternyata saya tak kunjung mendapatkan bonus sms. Saya mulai emosi dan segera menelepon CCO (Customer Care Operation). Setelah berbicara dengan mbak-mbak CCO ** saya diberitahu untuk pindah paket yang judulnya Tarif Rp. 0,- entahlah itu maksudnya apa. Tapi yang jelas dia bilang dalam satu hari saya harus mengirim 4 sms senilai Rp. 600,- (lalu mendapatkan 1000 bonus sms) mulai jam 00.00-17.00 dan 6 sms senilai Rp. 900,- (lalu mendapatkan 100 bonus sms) mulai jam 17.00-23.59. Ini gila. Dari sehari hanya butuh Rp. 600,- menjadi Rp. 1500,- sangat jauh perbedaannya.

Beberapa kata-kata yang menyebutkan penghuni kebun binatang sempat saya lontarkan secara langsung maupun di twitter. Saya kecewa dengan pelayanan provider ** tersebut. Pertama, saya tidak tahu menahu bahwa paket yang saya gunakan tidak lagi menerima bonus sms. Seakan menipu pelanggan, provider mengharuskan pelanggan untuk mengganti paket untuk tetap menerima bonus sms, dengan tarif yang berbeda. Kedua, dengan banyaknya paket dalam pilihan menu **, pelanggan seakan dibuat bingung untuk menentukan paket mana yang akan dipakai. Karena ternyata semua tidak benar-benar murni murah seperti yang mereka gembor-gemborkan di media.

Seketika itu juga saya mulai berfikir untuk membeli satu perdana ***, kebetulan ada satu handphone GSM yang tidak terpakai. Saya buka website-nya dan mulai membandingkan. Ternyata provider yang satu ini juga tidak kalah rumit. Empat bulan pertama tarifnya fantastis, hanya dengan mengirim 2 sms senilai Rp. 250,- bisa mendapatkan bonus 240 sms, tarif teleponnya juga murah, Rp. 24,-/menit. Tetapi pada bulan kelima pelanggan dikenakan tarif normal Rp. 150,-/sms atau hijrah ke paket yang mereka sebut senyum *******. Sempat saya baca sebentar, ketentuannya banyak dan ribet. Saya putuskan untuk memikirkannya setelah menginjak bulan kelima.

Saya cuma bingung dengan maksud para provider ini, kalau memang niat memuaskan pelanggan, sudah semestinya mereka mempermudah semuanya. Sementara mereka memasang iklan yang begitu menggiurkan di media, ternyata kenyataannya semua itu sangat ribet.

Be a smart customer, people.