Jam setengah 8-an kalau tidak salah kami berangkat. Selain Billy dan Uban, ada teman-teman mereka anak Permata (Persatuan Mahasiswa Jakarta), Faisal, Andri, Beto, Rizki, Maul, Kiting, Laras, Cipe, Danang, dan Pintha. Sesampainya disana kami parkir sepeda motor, lalu bergegas masuk D'Cost. Nah, dari sini ada kejadian menarik.
Kebetulan saya masuk D'Cost paling terakhir, di depan saya ada Beto. Waktu masuk saya sempat melihat ada anak laki-laki kecil mainan pintu, pintu D'Cost ini sistemnya seperti di Alfamart atau Indomaret. Sebut saja namanya
Saya kira itu balita jakarta pinteran dikit lah ya, tapi ternyata ketika saya sudah berlalu, saya sempat menoleh, benar, tangan Dedek terjepit pintu. Seketika itu juga dia menangis kencang sekali. Wanita paruh baya berlari tergopoh-gopoh menghampirinya. Saya sempat mendengar wanita itu berkata, "Gimana sih Papa anaknya nggak dijagain."
Saya santai aja dan menuju meja yang sudah direservasi sebelumnya. Beberapa menit kemudian, wanita itu menghampiri saya.
Wanita : Eh, elo yang tadi bikin anak gue nangis ya?!
Saya : Nggak, Bu. Dia kecepit sendiri tadi...
Beto (membela) : Nggak, orang dia kejepit sendiri..
Wanita : Langsung minta maaf dong! Pernah diajarin sopan santun kan?! Dasar! *berlalu*
Saya : *speechless*
Saya mendadak bad mood. Rasanya disalahkan atas apa yang tidak diperbuat itu menyakitkan sekali. Baru pertama kali juga saya didamprat seperti itu. Teman-teman lain bertanya-tanya, dan sepertinya ikut emosi ada yang tiba-tiba menyalahkan saya. Rasanya udah mau nangis. Tapi lalu Billy cs menghibur saya. Thanks, Bil.
Pelajaran yang saya dapat:
#1 Jangan biarkan ada anak kecil terjepit pintu, cegahlah walaupun bisa saja Ibunya menganggapmu mau menculik anaknya
#2 Jangan anggap semua balita Jakarta pintar
Anyway, thanks buat Ibu-ibu parno, lebay, dan subjektif itu. Sekarang dan tidak tau sampai kapan, kalau melihat anak kecil saya jadi parno sendiri. *sigh*
Pelajaran berharga :)
ReplyDelete