Monday, August 27

lalu kalau bukan kamu

siapa lagi?

setiap kamu mengucap sesungguhnya saya sedang berfikir. bukan. bukan karena saya meragui tentang sesuatu. sebentar.

kamu bak mendapat durian runtuh. kamu berlari. saya mencicipi. manis. ah. saya tahu kamu sangat suka makanan yang manis-manis.

kamu bak dijatuhi seekor cicak. meninggalkan beberapa senti ekornya yang terputus di kepalamu. kamu berlari. bercerita dengan penuh gairah. kemarahan yang meluap-luap. tersadar saya sudah menangis. kamu tahu itu keahlian saya.

kamu terganggu akan sesuatu yang tak bisa kamu ungkapkan. tapi saya selalu menyadarinya. dengan bodohnya saya akan tetap bertanya. walau saya sudah memperkirakan kalimat apa yang akan kamu ucap.

kamu sedang berbunga. senyum tak putus-putus. saya berbicara tanpa jeda barang sedetik. kamu mendengar. berbinar. saya tahu kamu suka. suka sekali ketika saya bercerita.

kamu bilang. saya bilang.
"tak ada yang lebih mengerti aku. selain kamu."

saya pun mulai mencari-cari satu kata yang tepat untuk mengilustrasikan.

r u m a h

ketika kamu telah selesai bekerja. memeras keringat demi sesuap nasi. atau melakukan kewajibanmu sebagai apa yang kamu pelajari tiga tahun itu.

bisa. bisa hari sedang baik dan kamu bahagia. bisa hari sedang pelik dan kamu tersia.
semua keletihan itu kamu bawa pulang.
semua rindu akan pasangan hidupmu pun juga.
rumah bukan sekedar tempat untuk bersenang-senang. tapi juga itu. tempat membagi capek dan kesal itu dengan orang-orang yang kemudian disebut keluarga.
benteng terakhir yang selalu menyelamatkanmu. benteng terakhir dimana kamu berlindung atas peluru-peluru yang menghujammu. bukan untuk bersembunyi. kamu mulai melakukan serangan dan menang.

saya ini rumah kamu. kamu itu rumah saya.

teringat salah satu dialog dalam layar lebar yang baru saja kita nikmati bersama sabtu kemarin itu.

... you and me, against the world.

dan satu lagi ini. dari limbo:
"you're waiting for a train. a train that will take you far away. you know where you hope this train will take you. but you can't know for sure. yet it doesn't matter. because you'll be together."

Friday, August 24

ok.

"jangan bilang oke kalo sesuatu itu ga oke."

yah ini sedikit ironis karena saya sangat suka kata 'ok' bahkan kata ini merupakan most used di sent item saya.

hei kadang kamu bisa lebih jujur dari saya.
bisa lebih berapi terbakar emosi.

tapi.
saya memang harus lebih banyak belajar lagi tentang hidup kepadamu.

jadi.
tetaplah dimana kamu berada sekarang. selamanya. bisa, kan?

janji dan dua pilihan

wikipedia:
Janji adalah sebuah kontrak psikologis yang menandakan transaksi antara 2 orang di mana orang pertama mengatakan pada orang kedua untuk memberikan layanan maupun pemberian yang berharga baginya sekarang dan akan digunakan maupun tidak. Janji juga bisa berupa sumpah atau jaminan.
Janji dapat diucapkan maupun ditulis sebagai sebuah kontrak. Melanggar janji tak hanya sering dianggap sebagai perbuatan tercela, malahan juga ilegal, seperti kontrak yang tidak dipegang teguh.

buat saya janji bukan pernyataan, "aku janji." hanya dengan mengatakan kepada saya, "nanti aku akan mengantarmu ...." menurut saya itu janji. walaupun mungkin tidak secara eksplisit. sebut saja itu egois saya.

kalau saya lebih memperluas makna janji. saya akan mengutuk setiap kata 'janji' yang keluar dari mulut saya sendiri. saya benci. mengucapnya adalah mual. ingin muntah.

lain kamu. seingat saya pun kamu hampir tak mungkin mengucapnya. lalu kembali pada pernyataan memperluas yang sebelumnya. saya anggap. dan kamu mungkin sedikit tersiksa.

melihat ke arah spion motor ketika saya berkendara. dia itu membuang bekas pakainya. sungguh sembarangan. jelas terlihat walau saya hanya melirik. sedang yang lebih di belakang tidak membuang sampahnya hingga baunya menusuk hidung. dan membawanya kemanapun dia berkendara.

kamu tak terlihat. oh ya saya lupa. kamu di depan dengan tangan saya melingkar di pinggangmu. kadang kamu cepat. kadang juga sangat lambat. sepertinya kamu tersiksa melihat saya menggigil kedinginan. kamu tahu saya memang seperti itu.

saya berjanji. sesadar saya. tapi saya tidak mungkin mengatakan, "saya berjanji" kepadamu.
kemudian simpulkan sendiri saja. saya pun bisa-bisa sakit kepala mencoba mencari jawabannya.

dari situ saya pergi. menemukan dua hal yang mereka sebut pilihan. katanya, seumur hidupmu kamu bisa memilih antara dua ini: menikah di saat yang tepat, atau menikah dengan orang yang tepat.

sementara kamu masih menyetir saya terpaku mendengarnya. memikirkan sampai mual. hmm. kopi dan dingin yang menusuk itu kombinasi yang tepat. tapi saya tidak mungkin mengeluarkan kopi yang mereka sebut tak ada rasa. kalau saya bilang itu getir.

dari rumah ketika sampai dan kamu berpamitan pulang saya melihat orang ini. dekat sekali. entah mengapa kemudian saya berfikir dia adalah tipe orang pertama. dan saya sungguh tidak ingin sepertinya.

biarkan saya membuat satu opsi lagi.
mencintai. menikah. di saat dan dengan orang yang tepat.