rasanya seperti terbangun dari tidur yang sangat-sangat panjang.
tersadar waktu hidupmu di dunia ini berkurang setiap harinya. merasakan hal-hal yang mereka sebut seperti baru kemarin.
dan seperti rindu yang saya tahan-tahan. seingat saya. saya benci merindukan seseorang. sesak.
rindu yang kali ini berbeda. saya nikmati setiap jantung berdegup satu-tiga-per-empat atau mungkin dua-kali lebih cepat dari yang saya rekam dalam memori saya. saya nikmati setiap bibir menyungging senyum-senyum yang tak pernah habis sembari mata menatap tanpa jeda kepada barisan apik titik-titik berresolusi di layar ponsel. merindukan itu bahagia.
tidak. dulu tidak seperti ini.
saya pernah terkejut-kejut. defibrilasi mereka bilang. dua-puluh-empat jam pun nampaknya tak pernah cukup untuk memikirkan sesuatu dalam-dalam.
atau setengah mati menggenggam pasir yang di dalamnya terdapat pecahan karang yang tajam. membuat tanganmu berdarah-darah.
kemana saja kamu selama ini?
rasanya tidak salah kalau mereka bilang pertengkaran itu wajar dalam suatu hubungan. apapun.
tapi kamu lupa. yang berlarut-larut itu tak pernah wajar.
pikirmu ini takdirmu. tak pernah minum air walau kamu tahu kamu sedang dehidrasi. berkali-kali ditinggalkan namun dia selalu kembali---- untuk meninggalkanmu lagi.
saya lupa cinta seindah ini.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment