Tuesday, November 1

pertemuan kedua

siang hari, di sebuah Mall
"Dera cerita banyak tentang Tante, Dera bilang Tante adalah Ibu paling hebat sedunia," Andita berbicara dengan mata berbinar, bibirnya penuh mayonnaise. Saya tak suka melihatnya.
"Oh ya? Dia nggak pernah berbicara tentang kamu..." kataku santai. Dia tersedak. "Kecuali betapa cantik dan pintarnya kamu," lanjutku, dengan senyum dipaksakan. Lagi-lagi dia tersenyum, lesung pipitnya terlihat jelas. Ya ya ya, sok imut, aku masih membatin ketika Dera muncul dari kejauhan. Mencium kening Andita, persis di depan mataku.

* * *

21 tahun yang lalu, saya 17 tahun
"Istri anda mengalami Eklampsia, Pak," kata Dokter itu kepadamu. Kamu meneteskan air matamu, pertama kalinya saya melihatmu menangis.
"Selamatkan keduanya, bisa kan? Saya bayar berapapun!" katamu, sesenggukan. Matamu masih menatap kakiku, yang membengkak tak senormal wanita hamil lainnya. Mataku berkunang-kunang, kata mereka aku habis kejang-kejang.
"Tekanan darahnya 200/110 mmHg, Dok,"
Kamu masih meracau. Sementara cairan merah dan hangat masih terus keluar dari rahimku. Lalu gelap.


I risked my whole life, bet for you. Better I'm dead before I give you birth and know everything's okay. I love you.

No comments:

Post a Comment