Wednesday, September 21

destiny

satu. ketika saya mulai berfikir. tentang karang-karang. terjal. lalu menjadi merah. bukan bunglon. tapi darah.
dua. seperti sedang bermimpi. demikian lalu tersadar. saya sedang benar terjaga.
tiga. apa itu kebisuan, ketika saya melihat kamu mempunyai mulut?
empat. kembali ke satu. lalu berbulan-bulan. saya tertampar. bukan tak perlu persuasi. bukan juga kamu. saya panggil itu takdir. kemudian saat namanya kamu sebut, lagi dan lagi.
lima. bukan saya lupa untuk bersyukur. atau keluhan yang berkelanjutan. sementara teman kesenanganmu terus berlari. saya terjerembab. bukan untuk mengejar. bukan untuk mendahului.
enam. apa itu cinta, ketika saya tersentak oleh teman yang kamu benci?
tujuh. kembali ke empat. mimpi dalam mimpi. seperti kebohongan yang terlupakan. layaknya kerumunan orang yang berlalu lalang di pagi hari, ketika kamu membaca koran dan minum kopi. saya menyebut itu kewajaran.
delapan. kamu sedang menikmati pertunjukan sulap. kamu benar mengetahui kamu sedang dibodohi. dan kamu berkata kamu sangat menyukainya.
sembilan. apa itu ketakutan, ketika saya hanya melihat kepercayaan diri yang telah runtuh?
sepuluh. kembali ke tujuh. kamu mendengus. saya membicarakan hal yang sama. ribuan kali. bukan belum tuntas. hanya teman yang kamu benci selalu mengingatkan saya. hei. malaikat kecilmu marah. saya juga membencinya.
sebelas. saya bersenandung. bukan. lebih tepatnya berkicau. bukan tentang teman yang kamu benci. ini lebih kepada ludah. sudah keluar. sudah jatuh. lalu perih.
duabelas. apa itu jarak, ketika saya melihat kamu selalu bersama teman yang kamu benci?
tigabelas. kemudian kembali ke sepuluh.

No comments:

Post a Comment