Wednesday, February 11

Noted.

Bila sungguh benar jika mereka mengambil garis lurus atas dua tiga premis yang saling berhubungan, maka kau bisa berkata ini salah. Atau menyebut itu benar. Yang terlintas bahwasanya manusia tak banyak bahagia tapi mengutuk. Untuk mendamba yang lebih nikmat dari pencapaian-pencapaian kecil bak tak ada rasa. Bertuju keluh kesah penuh drama. Melakukan pengharapan-pengharapan semu yang pada titik terbodohmu pun kau yakin kau tak akan pernah mendapatkannya. Hanya saja beberapa kelas motivasi yang pernah diambil menutup matamu lekat-lekat. Mimpi tepat di pelupuk mata. Persetan dengan penglihatan mata kuda di titik sembilanpuluh derajat! Ah! Jangankan sembilanpuluh, limabelas pun mungkin tidak.

Sadarlah! Camkan ini.
Saat kepingan-kepingan puzzle mulai menyatu dan benang merah mulai tersambung, teliti lagi. Untuk kedua kali, atau ketiga lebih baik. Apakah potongan-potongan itu membentuk satu gambar? Apakah dengan sengaja kau buat potongan itu sedemikian rupa sehingga apa yang kau lihat dalam pikiran-pikiran jahatmu itulah yang terbentuk?
Berhenti menghubung-hubungkan sesuatu.

Membatasi diri dengan pencegahan atas permasalahan dengan orang lain.
Sudah cukup ikut campurnya.

Saat diri mulai terlena akan zona nyaman yang telah susah payah dibangun. Jumawa akan aktualisasi diri, rendahhati-lah. Kau pikir kau sudah secukup tingginya pengakuan dirimu?
Jangan pernah merasa sudah cukup baik.

Bertahun tak bertemu seorang kawan. Tak sadar waktu membuat perubahan. Bertingkah selayaknya semalam adalah pertemuan terakhir. Menghakimi orang sebagai awam.
Tahan kata-kata kasarnya.

Kau pernah sakit dan lukanya masih membekas. Membeli beberapa novel hanya untuk tertumpuk di atas meja. Mainan-media-sosial-dan-semacamnya-itu, masih lebih menantang.
Buat apalagi ingin tahu?

Lagi-lagi membuang waktu melihat hal-yang-dahulunya- tidak perlu dilihat.
Merasa berbeda.
Merasa terasing.
Padahal kamulah batasan itu. Kamulah yang membatasi diri.

Menggantungkan diri pada orang lain?
Tidak lagi.

Gunakan waktumu.
Jangan lupa bahagia.

No comments:

Post a Comment