saya punya telinga. saya punya mata. saya mendengar apa yang saya dengar. saya melihat apa yang saya lihat.
kalian bukan orang-orang yang dengan lantang membicarakan sesuatu yang tak lazim. kalian juga bukan orang-orang yang mencintai resiko.
saya memikirkan suatu kewajaran tentang hal-hal yang tak patut. saya mengalahkan hasrat berapi-api dari ego saya. saya berpindah atas beberapa sudut pandang tak beraturan.
kalian dan apa yang kalian lihat. kalian dan apa yang kalian dengar. sebut saja mereka. kemudian bersikukuh atas premis-premis yang telah kalian tamatkan. sendiri.
saya punya mulut untuk memuaskan dahaga kalian atas ribuan terka yang ingin tumpah. bukan suatu kesalahan saya tak mengendusnya. saya jelas memahami itu tak sebanding dengan keinginan kalian untuk mencoba bertanya.
beberapa lalu menyadari tentang sesuatu dalam diri mereka yang sesaat hilang. saya bilang itu senjata. untuk membunuh. bukan melukai.
kemudian mereka mulai menebar gelak riak haru dan suka silih berganti. menggantungkan penafsiran yang terlihat dari beberapa sudut bola. sesaat kalian lihat itu berbeda. sesaat.
dan saya masih tersenyum. menikmati hari demi hari. masih bernafas dengan baik. masih dan akan selalu bahagia.
oh. salah satu mengatakan sesuatu yang membuat saya merindukanmu malam ini. bukan saya tak pernah. hanya malam ini rasanya lebih. dia bilang saya sangat beruntung.
oh. kalau mereka bilang kamu si pendiam maka mereka tak mengenalmu.
sebenarnyapun kamu tak perlu membuka mulutmu untuk sesuatu yang kamu bicarakan sendiri dalam hatimu ketika mata kita bertemu dalam diam dan waktu berhenti untuk merekam apa yang saya sebut luar biasa.
kemudian dalam teriakan lirih ini kamu memaknai jalan kita masih panjang.
semudah ketika mengetahui saya terjatuh dan berharap kamu membantu saya berdiri. nyatanya kamu membuka mata saya dan memaknai kamu telah terjatuh jauh-jauh sebelumnya.
hei. bagaimana rasanya?
seribu kali saya bertanya bukan karena ingatan tentang tanggapanmu terhapus. hanya saya membayangkan dan itu berat. lalu semuanya benar jika saya menyebutnya: sangat berharga.
hei. kalau saya tak boleh menyebut kamu sempurna, harus dengan kata apa lagi?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment